Biipp..biipp..HP ku mendapat SMS dari Radit seperti biasa.
“Siaangg!! Lg ap lo? Ud mkn? Hehe..”
“Siang jg!! Lg maen PS nii am ade,haha. Ud mkn g. Lo? Lg ap?” balasku dengan jari-jari yang sudah telatih mengetik sms secepat kilat.
“Yah ampunn. Udah gede, ce pula, maenanny kog PS??haha. Udah makan kog, nii lg diruma aja nonton dvd,hehe. Oiah, bsk kmn?”
“Gpp dungk. PS kn gak cuma bwt anak kecil!!wee. Bsk Gereja lah, secara hr Minggu. Napa?”
“Hahaa..dasar, masa kecil krg bahagia yah?? Iya tw, mksudny abis dr Greja lo kmna? Ad acara?”
“Gak sopan lo,hahaa. Ooh,bsk ga kmna2. Napa?”
“Hmm..bsk pergi yuk?”
“Pergi kmn? Am sypa?”
“Ke mall aj jalan. Am g lah, g yg ngajak,cape de..”
Oh no!! Ini pertama kalinya Radit mengajakku pergi, hanya bedua!! Sesaat hatiku berdebar, jari-jariku terasa beku tak mampu menekan tombol-tombol HP. Hatiku tak karuan, sangat senang namun grogi lebih menguasai diriku.
“Ooh, yah sypa tw rame2 am tmn2,hue. Liad besok de g bisa ap ga yah?”, balasku agak lama.
“Kog liad besok? Pastiin dungk bs ap ga. Ga, g mao na qta b2 aj,hehe. Lo keberatan?”
“Ga kberatan lah Dit, am tmn sndr kog,haha. Hmm..yawdah besok qta pergi.”
“Nah gtu dungk,hehe. Besok g jemput di Greja yah,ok.”
“Sipp, ntr g kabarin aj klo udah slesai Greja,hehe.”
“Sipp deh,c u besok Laa.”
“Thaa,c ya :).”
Phhiiuuffh..aku segera bergegas ke kamar untuk mencari pakaian yang pas untuk besok pergi bersama Radit. Begitu gelisah, itu yang kurasakan. Namun sedikit rasa takut melingkupi diriku, mungkin karena ini adalah pertama kalinya aku akan pergi berdua saja dengan seorang laki-laki. Rasanya benar-benar tak tergambarkan.
“Lohh, kenapa lo pake baju garis-garis juga?haha.”, kataku terkejut.
“Lohh, iya yah!! Memang sehati kita,haha.”
Kamipun segera berangkat menuju Mall terdekat.
“Foto yukk!!hehe.” usulku sambil menunjuk kearah studio foto box.
“Haha, dasar banci foto. Ya udah yuk.”
Saat itu berjalan lancar, sangat jauh dari yang kubayangkan bahwa semuanya akan terasa aneh dan sedikit canggung. Kami begitu menikmatinya dan aku sendiri tak ingin waktu itu cepat berlalu. Namun kami memutuskan untuk pulang karena sudah tak ada lagi yang dapat dilakukan. Dan Radit sudah siap mengantarkanku pulang.
“Loh Dit, kok lewat sini? Rumah gue kan ke kanan!!” teriakku.
“Iya, lo temenin gue dulu sebentar.”, jawabnya.
“Ngapain??”
“Ada perlu sebentar sama orang.”, jelasnya.
Tiba-tiba Radit mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Hal ini benar-benar membuatku bingung, sebenarnya ada apa dengan Radit, apakah ada sesuatu yang disembunyikan? Ada masalah apa? Namun dikala pikiranku sibuk berputar mengira-ngira apa yang sedang terjadi, Radit perlahan mengendarai motornya dengan kecepatan normal dan berhenti. Radit membuka helm-nya dan menatapku.
“Haha..takut yah diajak ngebut??”, ejeknya tanpa rasa bersalah.
“Gila lo yah? Rese emangk!!”, jawabku kesal.
“Hahahahaa..yuk masuk.”
Akupun mengikuti langkahnya dan sedikit heran akan apa yang ada didepan mataku.
“Pantai???”, tanyaku heran.
“Iya lah laa, memang apa lagi?? Hutan?hahaha.”
“Haha, rese lo. Oiah,ada perlu sama siapa lo disini?”
Radit berjalan menuju pinggir pantai dan hanya menatap kelangit yang senja. Aku pun menghampirinya dengan bermaksud menanyakan apa yang sedang terjadi.
“Ada masalah yah Dit?”, tanyaku pelan.
Tak ada jawaban yang diberikan, memandang kelaut dan menghela nafas, hanya itu yang dilakukannya.
“Dit? Dijawab boleh tuh pertanyaan gue.”
Radit kemudian memutar posisinya kearahku diikuti dengan kedua tangannya yang menyentuh kedua tanganku dan tatapan lembutnya yang tepat bertemu dengan bola mataku.
“Hhhhh……”, Radit menghela nafas panjang.
“La, gue jujur suka dan sayang sama lo. Gak tau kapan rasa ini ada, tapi yang pasti gue tau kalo ini tulus. Gue gak mau hubungan kita cuma sekedar temen atau temen deket. Gue mau bisa jadi seseorang yang spesial buat lo. Gue mau kita bisa mulai pacaran. Yaa..lo ga mesti jawab sekarang kok. Terserah kapan lo siap buat kasi jawabannya, dan apapun keputusan lo, gue bakal terima dan gue hargai itu.”, ucapnya panjang lebar dengan sedikit gugup namun diakhiri senyuman tipis.
“Hhhh..”, kuhela nafas panjang.
Semuanya benar-benar diluar dugaanku. Ternyata selama ini Radit menyimpan rasa yang sama denganku. Sesaat kuteringat akan masa-masa yang telah kita lalui, dari pertama Radit masuk sebagai murid baru di kelas SMA 2, kedekatan kami yang dimulai dari PASKIBRA, dan tak terasa bahwa satu tahun telah berlalu. Mendengarnya mengungkapkan isi hati, tubuhku terasa lemas dan kaku, tak mampu bergerak, tanganku mulai berkeringat, suasana begitu hening..hanya ada deburan ombak yang terdengar dan jantungku yang berdetak semakin cepat. Aku tak dapat menguasai diri ini, tanpa sadar aku meneteskan air mata dan memegang erat tangan Radit dengan kepalaku yang tertunduk.
“Loh La? Kenapa? Gue ga salah ngomong kan? Gue gak maksa lo kok, terserah lo mau terima gue atau gak, itu hak lo, dan gue pasti terima apapun keputusan lo.”, jelasnya panik.
Perlahan kumengangkat kepalaku, memandangnya dengan penuh keberanian. Lalu kutersenyum dan mengangguk.
“Hah?? Serius La?? Makasih yaaah.”, katanya sambil tersenyum lebar.
13 Agustus 2007 adalah hari jadi Radit dan Sheila. Ahh..begitu indah, bahkan terlalu indah. Matahari terbenam yang menyaksikan kejadian bersejarah itu mungkin dapat merasakan kebahagiaanku, disertai dengan deburan ombak yang nampak menari-nari merayakannya.
Hari-hari kulalui bersama Radit. Rasanya seperti mimpi, tak kuduga kalau semuanya dapat terjadi secepat ini. Namun dibalik kebahagiaanku, ada satu kekuatiran yaitu Ayah dan Ibuku yang belum mengizinkanku pacaran. 1 bulan sudah kumenjalin hubungan dengan Radit secara diam-diam, dan Radit mengusulkan suatu rencana.
to be continue..
about >> ME
Jumat, 24 April 2009
Minggu, 19 April 2009
Haven't got the title,hahaa..
KKRRRIIINNGG!!!!!!!! Rasanya kangeenn bangett mendengar deringan bel sekolah setelah satu bulan libur kenaikan kelas. Namaku Sheila, aku memulai hari pertama sekolah dengan begitu semangat, bahkan rasa malas yang biasa melanda pelajar SMA sepertiku ini tidak terasa sama sekali. Yaah..mungkin istilah Kelas baru semangat baru ada benarnya juga.
Sibuk berceloteh dengan teman-teman di barisan ketiga dari belakang tepat dipojok kelas sembari menunggu Ibu Dewi, wali kelas XI IPS masuk, tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang didepan kelas yang masuk bersama Ibu Dewi. Seorang lelaki tinggi berkulit coklat dengan porsi badan yang pas, hidung yang mancung, bibir yang tidak tipis juga tidak tebal, alis yang tebal dan hitam, matanya yang agak sipit namun memiliki tatapan yang tajam. Yaa...aku benar-benar terpaku pada ‘pemandangan’ tersebut bahkan mataku pun tak terpejam.
“Hai..nama saya Radit. Saya murid baru di kelas ini. Mohon bimbingannya yah teman-teman,he he he.”, sapa Radit ramah.
“Yah ampunn Laa..akhirnya..ada juga cowok ganteng di sekolah ini!!.”, ucap Meta dengan riang.
“Yaah..finally!!.”, balasku dihiasi senyum lebar dibibirnya sambil menghela nafas panjang.
Kurasakan hari-hari sekolah begitu menyenangkan semenjak ada kehadiran Radit. Akupun dapat merasakan bahwa semangatku untuk bangun pagi dan berangkat ke sekolah tidak kalah dengan semut yang mencari gula. Tak pernah terlupakan olehku untuk selalu melakukan ritual yaitu menghela nafas dan mempersiapkan senyuman termanis sebelum melangkah masuk kedalam kelas dengan harapan mendapat perhatian dari seorang Radit yang memang biasa tiba lebih pagi, walaupun terkadang ritual tersebut tak berjalan lancar, tapi entah mengapa aku selalu saja berhasil mendapat senyuman dari Radit setiap harinya dan tak pernah berubah..senyuman kecil itu yang selalu membuat jantungku serasa melompat keluar.
Tak terpikir olehku apakah ini rasa sayang atau bahkan cinta. Karena yang selama ini aku tegaskan pada diriku hanyalah “Namanya juga lagi masa puber, wajarlah naksir cowok, toh gue juga cuma suka lihat fisiknya,hi hi.” Karena itulah aku tak menganggap bahwa perasaan ini serius.
Menjelang perayaan 17 Agustus yang semakin dekat, pengurus OSIS mulai mencari beberapa jumlah murid dari setiap kelas untuk dipilih menjadi anggota PASKIBRA. Giliran XI IPS turun ke lapangan upacara untuk melakukan pelatihan. Tibalah saatnya Kak Doni, pelatih PASKIBRA dari pusat mengumumkan siapa saja yang terpilih.
“Setelah melakukan pelatihan yang singkat, telah diputuskan bahwa yang terpilih dari kelas XI IPS adalah Reza, Sheila, dan Radit.”, ucap Kak Doni lantang.
Hari ini merupakan hari yang tak terduga..
“OMG!! Apa iya ini hari keberuntungan gue? Apa iya ini pertanda baik buat gue?” otakku terus berputar dan dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan akan kejadian yang terasa sangat kebetulan.
“Ahh..udah deh, ga mau mikir aneh-aneh, nanti terbang ketinggian, sakit banget lagi jatuhnya.”, ucapku dalam hati.
Dan waktu itupun berlalu dengan meninggalkan sedikit kesan menyenangkan bagiku.
“Permisi Pak, mau panggil Sheila, Reza, sama Radit untuk latihan PASKIBRA boleh?”, izin Kak Nathan Ketua PASKIBRA di sekolah.
“Oh ya ya, silahkan.”, balas Pak Cokro.
Aku, Reza, dan Radit pun segera bangkit dari kursi dan bergegas keluar.
“Terimakasih Pak, permisi.”, ucap Kak Nathan, aku, Reza, dan Radit serentak.
Ini adalah kali pertama latihan, dan tak mungkin rasanya untuk tidak berbicara satu sama lain pada saat istirahat, kamipun ngobrol..tidak hanya berdua tentunya, tapi juga dengan anggota PASKIBRA yang lain. Mulanya aku merasa belum menjadi temannya karena memang jarang sekali berbicara satu sama lain, namun semenjak adanya kegiatan PASKIBRA, aku merasa nyaman berteman dengan Radit, kita pun mulai bertukar nomor HP.
Hari Sabtu adalah hari libur sekolah setiap minggunya, namun aku harus tetap hadir pada pelatihan PASKIBRA di sekolah pukul 06.30, hmm..ini sangat sukar untukku karena aku bukan tipe orang yang mudah bangun pagi. Tapi pada hari Jumat, Radit telah berpesan..
“Bangunin gue yah La,he he.”, pinta Radit.
“Gimana bisa bangunin lo?? G sendiri aja gak tau besok bisa bangun ap gak,ha ha.”, balasku dengan cepat tanpa berpikir.
“Hmm..ya udah, besok pagi kalo lo udah bangun, bangunin gue yah. Tapi kalo gue yang bangun duluan, gue yang bangunin lo,ok?”, usul Radit semangat.
“Ookkee.”, balasku.
Happy…syaaalaaalaa..it’s so nice to be happy..syalaalaaa..everybody should be happy..syaalaalaa..
“Haloo…”, sapaku lemas dengan mata tertutup.
“Bangun Laa!!he he.”
“Hmm?? Radit?? Kok udah bangun?”
“Iya..nih ada keponakan tadi nangis-nangis, jadi kebangun.”, jelas Radit
“Ooh..kirain bisa bangun pagi, ternyata karena ada gangguan aja,haha.”
“Ehh, enak aja..kalo ga ada gangguan juga bisa kok bangun pagi, dasar lo.”
“Iya iya.. ya udah gue mau mandi. Mandi lo, bau,haha. Daaa.”
“Haha..gak sopan. Daaa.”
Sehabis mandi, aku ke kamar dan menemukan HP ku berbunyi dan itu menandakan bahwa ada SMS. Kemudian aku segera menghampiri kasur dan meraih HP ku, yaa..itu Radit.
“Udah mau jalan belum? Kalo udah sampe, kasi tau gue yah, jadi kita bareng, hehe.”
Rasanya dunia benar-benar indah, hari terlihat begitu cerah, semangatkupun meningkat drastis. Sedekat inikah kami sekarang? Apakah Radit mulai menyukaiku? Hmm..aku tak tahu sama sekali. Tapi tetap, aku tak ingin terlalu berharap, kami teman sama seperti dengan yang lain.
“Sheila!! Sini..udah mulai.”, teriak Radit.
“Ooii.”, jawabku singkat.
Seperti biasa, dibawah terik matahari yang menusuk, latihan berlangsung cukup lama dengan panduan dari Kak Doni yang terasa semakin tegas setiap harinya. Namun entah mengapa aku tak ingin latihan PASKIBRA ini cepat berakhir. Saat ini adalah saat dimana aku dapat menghabiskan waktu bersama Radit, aku dapat terus memandangnya, berbicara, bergurau dengannya. Ahh..hatiku terasa bagai taman yang dipenuhi banyak bunga kembang bewarna-warni, begitu nyaman bahkan mataharipun tak dapat mengalahkan sejuknya hatiku.
XII IPS 1 adalah kelasku, dan XII IPS 2 adalah kelas Radit. Satu tahun berlalu, tanpa terasa waktu telah menuntun kami semakin dekat dan semakin mengenal satu sama lain hingga membuat aku merasakan bahwa ada getaran yang berbeda dari sebelumnya.
“Rasa apa yah ini? Kok kayaknya aneh, gue slalu ngerasa seneng tiap deket sama Radit. Dulu juga gue seneng, tapi kenapa kali ini rasanya beda? Rasanya gue gak mau jauh dari Radit, gue selalu mau tau apa yang dilakukannya setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik. Gue pun mulai gak bisa kontrol diri gue untuk gak perhatian sama dia. Hmm..i’ll figure it out soon.”, pikirku dalam hati sembari memandang keluar kelas dimana Radit sedang cekikikan dengan teman-temannya.
KKKRRRRIIINNGGGG……..!!!!!!!! Bubaarrrr……
“Sheilaaa………”, teriak Radit diikuti seyuman lebar.
“Napa lo? Cepet yah gerakan lo, udah disini aja tiba-tiba?”, balasku dengan nada cuek.
“Hahaa..gak pa-pa. Langsung pulang?”
“Iya..”
“Hmm..sendiri?”
“Yapp”
“Mau dianter?”, tanya Radit.
“Gak usah, biasa sendiri kog.”, jawabku dengan senyum tipis dibibir.
“Yakin?”
“Yukk..”
“Ya udah..ati-ati yah Laa,hehe..”, balasnya ramah disertai senyuman khas Radit sambil mengusap-usap kepalaku.
Yah Tuhan..ada apa ini? Apa yang terjadi? Aku biasa mendapat perlakuan seperti itu dari Radit semenjak kita dekat dari setahun yang lalu, tapi mengapa aku merasa begitu panas? Jantungku serasa ingin meledak, telapak tanganku mulai berkeringat. Semua hal itu terjadi bersamaan dalam sekejap ketika aku melihat tatapan Radit yang tak biasa, tatapan yang begitu lembut, tatapan yang terasa berbicara. Ada apa denganku? Apa yang salah?
“i..iya. Daaa.”, jawabku gagap dan segera berlalu meninggalkan kelas.
Seiring berjalannya waktu, aku dan Radit semakin dekat, namun berbeda dengan waktu-waktu yang lalu, tidak hanya sekedar SMS dan telpon-an berjam-jam dengannya. Sikap Radit yang begitu perhatian padaku membuatku menyadari sedikit demi sedikit bahwa rasa itu benar ada. Yaa..rasa yang tumbuh dihatiku, dan aku telah menyadarinya. Aku jatuh cinta!!
to be continue..
Sibuk berceloteh dengan teman-teman di barisan ketiga dari belakang tepat dipojok kelas sembari menunggu Ibu Dewi, wali kelas XI IPS masuk, tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang didepan kelas yang masuk bersama Ibu Dewi. Seorang lelaki tinggi berkulit coklat dengan porsi badan yang pas, hidung yang mancung, bibir yang tidak tipis juga tidak tebal, alis yang tebal dan hitam, matanya yang agak sipit namun memiliki tatapan yang tajam. Yaa...aku benar-benar terpaku pada ‘pemandangan’ tersebut bahkan mataku pun tak terpejam.
“Hai..nama saya Radit. Saya murid baru di kelas ini. Mohon bimbingannya yah teman-teman,he he he.”, sapa Radit ramah.
“Yah ampunn Laa..akhirnya..ada juga cowok ganteng di sekolah ini!!.”, ucap Meta dengan riang.
“Yaah..finally!!.”, balasku dihiasi senyum lebar dibibirnya sambil menghela nafas panjang.
Kurasakan hari-hari sekolah begitu menyenangkan semenjak ada kehadiran Radit. Akupun dapat merasakan bahwa semangatku untuk bangun pagi dan berangkat ke sekolah tidak kalah dengan semut yang mencari gula. Tak pernah terlupakan olehku untuk selalu melakukan ritual yaitu menghela nafas dan mempersiapkan senyuman termanis sebelum melangkah masuk kedalam kelas dengan harapan mendapat perhatian dari seorang Radit yang memang biasa tiba lebih pagi, walaupun terkadang ritual tersebut tak berjalan lancar, tapi entah mengapa aku selalu saja berhasil mendapat senyuman dari Radit setiap harinya dan tak pernah berubah..senyuman kecil itu yang selalu membuat jantungku serasa melompat keluar.
Tak terpikir olehku apakah ini rasa sayang atau bahkan cinta. Karena yang selama ini aku tegaskan pada diriku hanyalah “Namanya juga lagi masa puber, wajarlah naksir cowok, toh gue juga cuma suka lihat fisiknya,hi hi.” Karena itulah aku tak menganggap bahwa perasaan ini serius.
Menjelang perayaan 17 Agustus yang semakin dekat, pengurus OSIS mulai mencari beberapa jumlah murid dari setiap kelas untuk dipilih menjadi anggota PASKIBRA. Giliran XI IPS turun ke lapangan upacara untuk melakukan pelatihan. Tibalah saatnya Kak Doni, pelatih PASKIBRA dari pusat mengumumkan siapa saja yang terpilih.
“Setelah melakukan pelatihan yang singkat, telah diputuskan bahwa yang terpilih dari kelas XI IPS adalah Reza, Sheila, dan Radit.”, ucap Kak Doni lantang.
Hari ini merupakan hari yang tak terduga..
“OMG!! Apa iya ini hari keberuntungan gue? Apa iya ini pertanda baik buat gue?” otakku terus berputar dan dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan akan kejadian yang terasa sangat kebetulan.
“Ahh..udah deh, ga mau mikir aneh-aneh, nanti terbang ketinggian, sakit banget lagi jatuhnya.”, ucapku dalam hati.
Dan waktu itupun berlalu dengan meninggalkan sedikit kesan menyenangkan bagiku.
“Permisi Pak, mau panggil Sheila, Reza, sama Radit untuk latihan PASKIBRA boleh?”, izin Kak Nathan Ketua PASKIBRA di sekolah.
“Oh ya ya, silahkan.”, balas Pak Cokro.
Aku, Reza, dan Radit pun segera bangkit dari kursi dan bergegas keluar.
“Terimakasih Pak, permisi.”, ucap Kak Nathan, aku, Reza, dan Radit serentak.
Ini adalah kali pertama latihan, dan tak mungkin rasanya untuk tidak berbicara satu sama lain pada saat istirahat, kamipun ngobrol..tidak hanya berdua tentunya, tapi juga dengan anggota PASKIBRA yang lain. Mulanya aku merasa belum menjadi temannya karena memang jarang sekali berbicara satu sama lain, namun semenjak adanya kegiatan PASKIBRA, aku merasa nyaman berteman dengan Radit, kita pun mulai bertukar nomor HP.
Hari Sabtu adalah hari libur sekolah setiap minggunya, namun aku harus tetap hadir pada pelatihan PASKIBRA di sekolah pukul 06.30, hmm..ini sangat sukar untukku karena aku bukan tipe orang yang mudah bangun pagi. Tapi pada hari Jumat, Radit telah berpesan..
“Bangunin gue yah La,he he.”, pinta Radit.
“Gimana bisa bangunin lo?? G sendiri aja gak tau besok bisa bangun ap gak,ha ha.”, balasku dengan cepat tanpa berpikir.
“Hmm..ya udah, besok pagi kalo lo udah bangun, bangunin gue yah. Tapi kalo gue yang bangun duluan, gue yang bangunin lo,ok?”, usul Radit semangat.
“Ookkee.”, balasku.
Happy…syaaalaaalaa..it’s so nice to be happy..syalaalaaa..everybody should be happy..syaalaalaa..
“Haloo…”, sapaku lemas dengan mata tertutup.
“Bangun Laa!!he he.”
“Hmm?? Radit?? Kok udah bangun?”
“Iya..nih ada keponakan tadi nangis-nangis, jadi kebangun.”, jelas Radit
“Ooh..kirain bisa bangun pagi, ternyata karena ada gangguan aja,haha.”
“Ehh, enak aja..kalo ga ada gangguan juga bisa kok bangun pagi, dasar lo.”
“Iya iya.. ya udah gue mau mandi. Mandi lo, bau,haha. Daaa.”
“Haha..gak sopan. Daaa.”
Sehabis mandi, aku ke kamar dan menemukan HP ku berbunyi dan itu menandakan bahwa ada SMS. Kemudian aku segera menghampiri kasur dan meraih HP ku, yaa..itu Radit.
“Udah mau jalan belum? Kalo udah sampe, kasi tau gue yah, jadi kita bareng, hehe.”
Rasanya dunia benar-benar indah, hari terlihat begitu cerah, semangatkupun meningkat drastis. Sedekat inikah kami sekarang? Apakah Radit mulai menyukaiku? Hmm..aku tak tahu sama sekali. Tapi tetap, aku tak ingin terlalu berharap, kami teman sama seperti dengan yang lain.
“Sheila!! Sini..udah mulai.”, teriak Radit.
“Ooii.”, jawabku singkat.
Seperti biasa, dibawah terik matahari yang menusuk, latihan berlangsung cukup lama dengan panduan dari Kak Doni yang terasa semakin tegas setiap harinya. Namun entah mengapa aku tak ingin latihan PASKIBRA ini cepat berakhir. Saat ini adalah saat dimana aku dapat menghabiskan waktu bersama Radit, aku dapat terus memandangnya, berbicara, bergurau dengannya. Ahh..hatiku terasa bagai taman yang dipenuhi banyak bunga kembang bewarna-warni, begitu nyaman bahkan mataharipun tak dapat mengalahkan sejuknya hatiku.
XII IPS 1 adalah kelasku, dan XII IPS 2 adalah kelas Radit. Satu tahun berlalu, tanpa terasa waktu telah menuntun kami semakin dekat dan semakin mengenal satu sama lain hingga membuat aku merasakan bahwa ada getaran yang berbeda dari sebelumnya.
“Rasa apa yah ini? Kok kayaknya aneh, gue slalu ngerasa seneng tiap deket sama Radit. Dulu juga gue seneng, tapi kenapa kali ini rasanya beda? Rasanya gue gak mau jauh dari Radit, gue selalu mau tau apa yang dilakukannya setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik. Gue pun mulai gak bisa kontrol diri gue untuk gak perhatian sama dia. Hmm..i’ll figure it out soon.”, pikirku dalam hati sembari memandang keluar kelas dimana Radit sedang cekikikan dengan teman-temannya.
KKKRRRRIIINNGGGG……..!!!!!!!! Bubaarrrr……
“Sheilaaa………”, teriak Radit diikuti seyuman lebar.
“Napa lo? Cepet yah gerakan lo, udah disini aja tiba-tiba?”, balasku dengan nada cuek.
“Hahaa..gak pa-pa. Langsung pulang?”
“Iya..”
“Hmm..sendiri?”
“Yapp”
“Mau dianter?”, tanya Radit.
“Gak usah, biasa sendiri kog.”, jawabku dengan senyum tipis dibibir.
“Yakin?”
“Yukk..”
“Ya udah..ati-ati yah Laa,hehe..”, balasnya ramah disertai senyuman khas Radit sambil mengusap-usap kepalaku.
Yah Tuhan..ada apa ini? Apa yang terjadi? Aku biasa mendapat perlakuan seperti itu dari Radit semenjak kita dekat dari setahun yang lalu, tapi mengapa aku merasa begitu panas? Jantungku serasa ingin meledak, telapak tanganku mulai berkeringat. Semua hal itu terjadi bersamaan dalam sekejap ketika aku melihat tatapan Radit yang tak biasa, tatapan yang begitu lembut, tatapan yang terasa berbicara. Ada apa denganku? Apa yang salah?
“i..iya. Daaa.”, jawabku gagap dan segera berlalu meninggalkan kelas.
Seiring berjalannya waktu, aku dan Radit semakin dekat, namun berbeda dengan waktu-waktu yang lalu, tidak hanya sekedar SMS dan telpon-an berjam-jam dengannya. Sikap Radit yang begitu perhatian padaku membuatku menyadari sedikit demi sedikit bahwa rasa itu benar ada. Yaa..rasa yang tumbuh dihatiku, dan aku telah menyadarinya. Aku jatuh cinta!!
to be continue..
Langganan:
Postingan (Atom)