Jumat, 24 April 2009

lanjutann..

Biipp..biipp..HP ku mendapat SMS dari Radit seperti biasa.

“Siaangg!! Lg ap lo? Ud mkn? Hehe..”

“Siang jg!! Lg maen PS nii am ade,haha. Ud mkn g. Lo? Lg ap?” balasku dengan jari-jari yang sudah telatih mengetik sms secepat kilat.

“Yah ampunn. Udah gede, ce pula, maenanny kog PS??haha. Udah makan kog, nii lg diruma aja nonton dvd,hehe. Oiah, bsk kmn?”

“Gpp dungk. PS kn gak cuma bwt anak kecil!!wee. Bsk Gereja lah, secara hr Minggu. Napa?”

“Hahaa..dasar, masa kecil krg bahagia yah?? Iya tw, mksudny abis dr Greja lo kmna? Ad acara?”

“Gak sopan lo,hahaa. Ooh,bsk ga kmna2. Napa?”

“Hmm..bsk pergi yuk?”

“Pergi kmn? Am sypa?”

“Ke mall aj jalan. Am g lah, g yg ngajak,cape de..”

Oh no!! Ini pertama kalinya Radit mengajakku pergi, hanya bedua!! Sesaat hatiku berdebar, jari-jariku terasa beku tak mampu menekan tombol-tombol HP. Hatiku tak karuan, sangat senang namun grogi lebih menguasai diriku.

“Ooh, yah sypa tw rame2 am tmn2,hue. Liad besok de g bisa ap ga yah?”, balasku agak lama.

“Kog liad besok? Pastiin dungk bs ap ga. Ga, g mao na qta b2 aj,hehe. Lo keberatan?”

“Ga kberatan lah Dit, am tmn sndr kog,haha. Hmm..yawdah besok qta pergi.”

“Nah gtu dungk,hehe. Besok g jemput di Greja yah,ok.”

“Sipp, ntr g kabarin aj klo udah slesai Greja,hehe.”

“Sipp deh,c u besok Laa.”

“Thaa,c ya :).”

Phhiiuuffh..aku segera bergegas ke kamar untuk mencari pakaian yang pas untuk besok pergi bersama Radit. Begitu gelisah, itu yang kurasakan. Namun sedikit rasa takut melingkupi diriku, mungkin karena ini adalah pertama kalinya aku akan pergi berdua saja dengan seorang laki-laki. Rasanya benar-benar tak tergambarkan.

“Lohh, kenapa lo pake baju garis-garis juga?haha.”, kataku terkejut.

“Lohh, iya yah!! Memang sehati kita,haha.”

Kamipun segera berangkat menuju Mall terdekat.

“Foto yukk!!hehe.” usulku sambil menunjuk kearah studio foto box.

“Haha, dasar banci foto. Ya udah yuk.”

Saat itu berjalan lancar, sangat jauh dari yang kubayangkan bahwa semuanya akan terasa aneh dan sedikit canggung. Kami begitu menikmatinya dan aku sendiri tak ingin waktu itu cepat berlalu. Namun kami memutuskan untuk pulang karena sudah tak ada lagi yang dapat dilakukan. Dan Radit sudah siap mengantarkanku pulang.

“Loh Dit, kok lewat sini? Rumah gue kan ke kanan!!” teriakku.

“Iya, lo temenin gue dulu sebentar.”, jawabnya.

“Ngapain??”

“Ada perlu sebentar sama orang.”, jelasnya.

Tiba-tiba Radit mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Hal ini benar-benar membuatku bingung, sebenarnya ada apa dengan Radit, apakah ada sesuatu yang disembunyikan? Ada masalah apa? Namun dikala pikiranku sibuk berputar mengira-ngira apa yang sedang terjadi, Radit perlahan mengendarai motornya dengan kecepatan normal dan berhenti. Radit membuka helm-nya dan menatapku.

“Haha..takut yah diajak ngebut??”, ejeknya tanpa rasa bersalah.

“Gila lo yah? Rese emangk!!”, jawabku kesal.

“Hahahahaa..yuk masuk.”

Akupun mengikuti langkahnya dan sedikit heran akan apa yang ada didepan mataku.
“Pantai???”, tanyaku heran.

“Iya lah laa, memang apa lagi?? Hutan?hahaha.”

“Haha, rese lo. Oiah,ada perlu sama siapa lo disini?”

Radit berjalan menuju pinggir pantai dan hanya menatap kelangit yang senja. Aku pun menghampirinya dengan bermaksud menanyakan apa yang sedang terjadi.

“Ada masalah yah Dit?”, tanyaku pelan.

Tak ada jawaban yang diberikan, memandang kelaut dan menghela nafas, hanya itu yang dilakukannya.

“Dit? Dijawab boleh tuh pertanyaan gue.”

Radit kemudian memutar posisinya kearahku diikuti dengan kedua tangannya yang menyentuh kedua tanganku dan tatapan lembutnya yang tepat bertemu dengan bola mataku.

“Hhhhh……”, Radit menghela nafas panjang.

“La, gue jujur suka dan sayang sama lo. Gak tau kapan rasa ini ada, tapi yang pasti gue tau kalo ini tulus. Gue gak mau hubungan kita cuma sekedar temen atau temen deket. Gue mau bisa jadi seseorang yang spesial buat lo. Gue mau kita bisa mulai pacaran. Yaa..lo ga mesti jawab sekarang kok. Terserah kapan lo siap buat kasi jawabannya, dan apapun keputusan lo, gue bakal terima dan gue hargai itu.”, ucapnya panjang lebar dengan sedikit gugup namun diakhiri senyuman tipis.

“Hhhh..”, kuhela nafas panjang.

Semuanya benar-benar diluar dugaanku. Ternyata selama ini Radit menyimpan rasa yang sama denganku. Sesaat kuteringat akan masa-masa yang telah kita lalui, dari pertama Radit masuk sebagai murid baru di kelas SMA 2, kedekatan kami yang dimulai dari PASKIBRA, dan tak terasa bahwa satu tahun telah berlalu. Mendengarnya mengungkapkan isi hati, tubuhku terasa lemas dan kaku, tak mampu bergerak, tanganku mulai berkeringat, suasana begitu hening..hanya ada deburan ombak yang terdengar dan jantungku yang berdetak semakin cepat. Aku tak dapat menguasai diri ini, tanpa sadar aku meneteskan air mata dan memegang erat tangan Radit dengan kepalaku yang tertunduk.

“Loh La? Kenapa? Gue ga salah ngomong kan? Gue gak maksa lo kok, terserah lo mau terima gue atau gak, itu hak lo, dan gue pasti terima apapun keputusan lo.”, jelasnya panik.

Perlahan kumengangkat kepalaku, memandangnya dengan penuh keberanian. Lalu kutersenyum dan mengangguk.

“Hah?? Serius La?? Makasih yaaah.”, katanya sambil tersenyum lebar.

13 Agustus 2007 adalah hari jadi Radit dan Sheila. Ahh..begitu indah, bahkan terlalu indah. Matahari terbenam yang menyaksikan kejadian bersejarah itu mungkin dapat merasakan kebahagiaanku, disertai dengan deburan ombak yang nampak menari-nari merayakannya.
Hari-hari kulalui bersama Radit. Rasanya seperti mimpi, tak kuduga kalau semuanya dapat terjadi secepat ini. Namun dibalik kebahagiaanku, ada satu kekuatiran yaitu Ayah dan Ibuku yang belum mengizinkanku pacaran. 1 bulan sudah kumenjalin hubungan dengan Radit secara diam-diam, dan Radit mengusulkan suatu rencana.

to be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar